![]() |
Me on Ice House Street (Depan Mini Hotel), Central, Hongkong.
Courtesy: Lionindra Harviana, 2013
|
Saat November 2012 lalu, saya dan teman saya, Lionindra, memutuskan untuk pergi berlibur ke Hongkong untuk bulan Januari 2013. Rencana awalnya kami akan pergi secara "backpacker"karena kata itu sedang nge-trend di kaula muda yang suka melaksanakan liburan. Well-well-well, ternyata pada kenyataannya kami sama sekali tidak cocok dengan konsep "backpacker", kami ternyata lebih ke pada semi-backpacker.
Lionindra in Chek Lap Kok Airport, Arrival Corridor, Hongkong.
Courtesy: Lionindra Harviana, 2013
|
Kami memesan tiket Garuda Indonesia untuk bisa tiba di Chek Lap Kok (Hongkong International Airport). Setelah ditimbang-timbang ternyata berpergian ke Hongkong dengan Garuda Indonesia tidak memakan biaya terlalu banyak dibanding airlines lain. Selain itu kelebihannya dengan menaiki Garuda ialah pelayanan direct flight (tanpa transit) yang otomatis tidak memakan waktu sekaligus uang.
Lowcost airlines atau biasa juga disebut dengan budget airlines memang tersanding lebih murah jika tanpa bagasi. Jadi walau ada penerbangan lain yang lebih murah ke Hongkong pasti akan transit entah di Singapura atau di Kuala Lumpur, penerbangan dua kali itu juga akan menggandakan uang bagasi Anda. Jadi kami memutuskan untuk menaiki Garuda Indonesia dan mengeluarkan uang sebesar Rp 3.800.000,- per tiket yang sudah termasuk bagasi 20 kilogram!
Kami bertolak dari Bandar Udara Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Januari 2013, dan kami akan kembali ke tanah air pada 24 Agustus 2013.
Selama satu minggu di Hongkong kami akan menginap di Mini Hotel kawasan Central di Hongkong Island. Hotel ini berbintang tiga dengan konsep minimalis yang hanya bisa ditinggali oleh satu orang. Harga per malamnya sekitaran Rp 500.000,- jika dipesan sebulan sebelumnya via Agoda.com. Fasilitas di Mini Hotel (Central) antara lain berupa kasur single yang besar, TV cable, safe deposit box, water heater dan kebersihannya yang sangat baik.
Lionindra's room at Mini Hotel, Central, Hongkong.
|
Biaya penginapan di Hongkong memang terbilang sangat mahal dibanding kota lain. Hotel yang kami tinggali ialah hotel termurah pada saat itu. Pasti masih banyak hotel yang jauh lebih murah, tetapi harga termurah Hongkong berkisar Rp 300.000,- ++ dan Anda akan mendapatkan fasilitas berupa kamar biasa yang super sempit, membuka pintu saja hanya sepertiga yang bisa terbuka, karena pintu sudah terhalang oleh kasur. Selain itu keamanan juga harus diperhitungkan, terlebih lagi kami berpergian seminggu membawa uang cash tanpa sebuah kartu kredit karena kami masih 20 tahun.
Selain kelebihan dari fasilitas kamar, hotel ini juga berada di pusat kota, namanya saja di kawasan Central. Hanya berjalan kaki selama 2 menit Anda bisa berada di kawasan perbelanjaan mewah (seperti Orchard Rd. Singapura). Tidak hanya itu, Hotel ini juga berdekatan dengan Lan Kwai Fong atau "LKF" yaitu jantung hiburan malam kota Hongkong, mungkin bisa dibilang seperti Kemang-nya Jakarta. Pada saat malam Jumat dan Malam Minggu kawasan jalanan ini akan ditutup agar mobil tidak bisa lewat, karena LKF akan dipenuhi oleh bule-bule dan beberapa orang lokal yang ingin menikmati malam di LKF. Berjalan kaki 10 menit dari Mini Hotel juga ada Mid-Levels, atau escalator terpanjang di dunia, yang sangat panjang. Sangat. Di sisi kanan dan kiri dari escalator ini juga terdapat banyak tempat makan yang dipenuhi oleh wisman.
Lokasinya juga dekat dengan kereta bawah tanah (MTR) dan terminal feri untuk bisa menyebrang ke Kowloon via laut. MTR juga bisa pergi ke Kowloon, menggunakan kereta bawah tanah, maksud saya... bawah air. Selama satu minggu di hongkong saya menghabiskan HKD 250 (Rp 300.000,-) untuk mengisi Octopus Card, kartu ini merupakan alat pembayaran di Hongkong untuk membayar semua transportasi di Hongkong (MTR, Tram, Bus). Beberapa convenient store seperti 7/11, Watson, dll, juga bisa menggunakan kartu ini. Beberapa cafe dan restoran juga bisa dibayar dengan Octopus Card asal saldo kamu cukup. Dan nantinya, dengar-dengar, pemerintah Hongkong akan memberlakukan Octopus Card di semua tempat pembayaran. Wah, wah...
Terlepas dari hotel... Tempat wisata di Hongkong juga terbilang mahal, kisaran Rp 300.000,- hingga Rp 500.000,- untuk satu tempat wisata yang terkenal seperti Ngong Ping, Central Park, The Peak, dll. Tetapi harga tiket museumnya terbilang murah, hanya belasan ribu (saya lupa berapa jumlah pastinya, hehe). Walau mahal, tempat-tempat wisata di Hongkong wajib didatangi, saya sih rela mengeluarkan uang yang besar untuk bisa mendatangi tempat bersejarah sekaligus icon dari negara yang bersangkutan. Bukankah itu yang menjadi tujuan utama dari traveling? Bagi saya "ya".
Untuk makanan; jika kalian ingin makan di pinggiran harga seporsi ayam panggang/goreng beserta nasi dan minuman Rp 50.000 hingga Rp 80.000,- per orang (tidaklah murah dibandingkan makan di Sate Sambas Blok M). Tetapi jika kalian ingin makan di sebuah restorang kelas menengah, berkisaran Rp 200.000,- sampai Rp 400.000,- termasuk minum.
Intinya perjalanan ke Hongkong akan memakan biaya yang tidaklah sedikit karena biaya hidupnya yang termasuk tinggi. Faktanya kota ini ialah salah satu dari sepuluh kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Berlibur ke Hongkong sangat menarik karena keragaman budaya, dan salah satu negara yang modern yang berdekatan dengan Indonesia.
Untuk sisa cerita perjalanan selama satu minggu di Hongkong akan saya ulas di artikel lainnya ya. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar