Minggu, 08 September 2013

Goa yang Penuh Tulang dan Tengkorak Manusia di Tana Toraja

Londa, Tana Toraja. (Courtesy: Lionindra Harviana:2013)

Goa yang berisikan tengkorak dan tulang belulang terdengar menyeramkan bukan? Ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di Indonesia, tepatnya di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Bulan Juli lalu saya dan teman saya pergi ke Tana Toraja, perjalanan dengan darat dari kota Makassar memakan waktu sekitar 6-7 jam.


Goa tersebut bernama "Londa", ini merupakan salah satu dari sekian banyak objek wisata andalan Tana Toraja. Tana Toraja memang sudah terkenal di dunia internasional sebagai kawasan yang memiliki unsur budaya yang tinggi. Terlebih lagi dengan cara pemakaman suku Toraja yang mereka percayai bahwa semua manusia harus kembali ke dalam batu.

Penampakan di dalam goa Londa, Tana Toraja (Photo by: Lionindra Harviana, 2013)
Di depan goa terdapat patung-patung yang menyerupai manusia yang dibuat mirip dengan orang yang dulunya hidup dan disemayamkan di goa ini. Baju-baju yang dikenakan patung tersebut juga merupakan pakaian yang biasa digunakan oleh orang-orang yang tulangnya berada di dalam Londa.

Tapak demi tapak kita lalui, pencahayaan hanya dibantu oleh lentera kuning yang dipegang oleh penjaga, tidak ada satu sinar matahari pun yang bisa masuk ke dalam Londa. Setiap tapak yang kita buat membuat kita harus menyeimbangkan badan, kehati-hatian sangat diperlukan dalam melihat jalan. Kadang jalanan sedikit curam dan kadang juga harus memperhatikan langit goa agar kepala kita tidak terbentur.

Sinar lentera pun mulai menyinari dinding-dinding goa yang dihiasi tengkorak manusia. Ya, tengkorak manusia.

Ada banyak sekali tulang dan tengkorak di Londa, goa yang cukup besar ini juga berisikan peti-peti mati. Hanya dengan 10 ribu saja kita bisa masuk ke dalam Londa, ditambah dengan membayar sewa lentera juga dengan uang rokok si pemandu yang akan menemani kita di dalam gua hingga kembali keluar.

Di dalamnya bermacam-macam, ada dua kepala tengkorak yang disandingkan berdampingan dan diletakan di permukaan lantai goa. Menurut guide kami, kedua kepala tengkorak tersebut ialah sepasang kekasih yang bunuh diri karena hubungannya tidak direstui oleh orang tua. Mereka berdua tidak direstui karena mereka memiliki hubungan sepupu antara satu dengan yang lain. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan dunia dengan cara menggantungkan dirinya masing-masing.

Dua sepasang kekasih yang bunuh diri (Courtesy: Lionindra Harviana: 2013)
Uniknya dari goa ini, banyaknya peti mati kayu yang dibungkus plastik, peti-peti tersebut membungkus mayat yang masih segar dan didiamkan bertahun-tahun sebelum tulang-belulangnya dipajang di dinding-dinding goa.

Tengkorak dan tulang di Londa juga menghiasi semua lubang di dalam goa, mulai dari dinding, lantai hingga langit-langit yang terdapat tempat untuk menaruhnya. Anehnya lagi, goa ini tidak berbau seperti yang kalian bayangkan, tidak ada bau mayat atau bau busuk lainnya.

Dan dipertengahan jalan, ternyata guide kami memandu kami untuk kembali keluar goa. Tapi padahal masih ada jalan yang berupa lorong sempit yang membuat kita harus merangkak agar bisa melaluinya. Tapi mengapa guide kami mengajak kita untuk keluar? Ternyata teman saya, Nindra, yang menurut si pemandu; tidak akan muat untuk bisa melalui lorong itu. Alhasil kita kembali keluar dan melanjutkan untuk melihat-lihat goa melalui pintu keluar. Memang teman saya sedikit berbadan besar. Sedikit... haha.

Di bilik yang dekat dengan jalan keluar ternyata lebih banyak tengkorak dibandingkan bilik dekat jalanan masuk. Apalagi ditambah dengan adanya sebuah lubang, sejajar dengan badan kita, yang di lubang tersebut diletakan empat tengkorak secara bertumpukan dan menyisakan ruang sedikit di atasnya. Ternyata celah tersebut disisakan untuk para turis yang mau membuat foto dengan tengkorak-tengkorak itu. Ya, jadilah saya tengkorak ke-lima. Maksud saya... berfoto bersama empat tengkorak lainnya.
Saya dan empat tengkorak :0 (Courtesy: Lionindra Harviana, 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar