Minggu, 08 Desember 2013

Desa Nelayan di Hongkong, Tai O Fishing Village

Pemandangan dari atas perahu di Tai O, Hongkong
Saya akan melanjutkan cerita saya di Ngong Ping, Hongkong dalam artikel Perjalanan ke Ngong Ping, Hong Kong yang sebelumnya pernah saya post.

Setelah saya turun dari kabin berlantaikan kaca, saya menunggu bis yang akan membawa saya dan teman saya beserta rombongan lain untuk pergi ke Tai O Fishing Village. Sebuah desa nelayan yang penduduknya bermatapencarian di dunia perikanan laut. Sangat menarik!
Bis besar pun datang.
Akhirnya yang ditungu-tunggu oleh kami semua yang telah membayar mahal datang juga (ya memang Hongkong serba mahal bagi turis muda seperti kami asal Indonesia, hehe). Sebuah bis akan membawa kita ke pinggir laut itu di pandu oleh seorang tour guide. Saya lupa nama aslinya, tetapi saya dan teman saya menamakannya Ha-Girl karena apa pun yang dikatakannya akan berakhiran "-Ha". Misalnya, "I'm gonna be your tour guide- haaa...." dan "as you can see on your left there is South China See haaa...." Tabiatnya ini membuat para turis di dalam bus menahan tawa. Bukan karena menertawakan kemampuan bahasa Inggrisnya loh tetapi karena penambahan ekstra kata Ha disetiap apa pun yang akan dia utarakan.

Rumah nelayan di Tai O

Di Tai O ini terdapat pasar ikan yang menjual berbagai produk laut seperti ikan kering dan juga ikan basah. Lalu perumahan rakyat yang ada di sini sangat tradisional, mereka menggunakan rumah panggung yang berada di atas laut, ya seperti rumah yang ada di pinggiran kali ciliwung, Jakarta. Tapi rumah mereka sangat bersih dan tidak menyebabkan limbah yang mencemari Laut Cina Selatan. Beda kan sama rumah yang ada di kali Ciliwing? Untuk sampai di sini perjalanan di bus tadi memakan waktu satu jam untuk kepergiaannya saja. Dan kami diperbolehkan untuk berkeliaran di kawasan rumah serta pasar hingga satu jam sebelum kami diangkut ke atas perahu untuk melihat dari sisi lautan.

Pemandangan di sekitar
Suhu dingin pada saat itu membuat apa pun yang ada di Tai O sangat asri. Atmosfirnya membuat semuanya menjadi sangat tradisional. Masyarakatnya juga sangat welcome terhadap para turis yang datang. Bau masakan laut yang tercipta dari berbagai restoran laut yang ada di Tai O pun masih teringat jelas oleh saya hingga sekarang.

Masyarakat di sini bukan dibiarkan oleh pemerintah setempat menjadi daerah tertinggal. Tetapi dibuat sebagai daerah pelestarian di mana Hong Kong yang mulai menjadi sangat modern tetapi tetap menjaga sisi tradisional mereka dari masa penjajahan Inggris lalu.

Kuil Yeung Hau di Tai O
Tidak hanya ikan, nelayan, dan pasar ikan saja yang ada di sini tetapi juga terdapat pegunungan beserta bukit-bukit hijau yang mengelilingi lautan. Pemandangan indah itu terlihat jelas ketika sudah menaiki perahu yang membawa kita secara perlahan-lahan ketika melewati rumah nelayan. Perahu itu juga akan membawa kita secara cepat ketika sudah berada di laut lepas yang membuat angin sejuk berembus menyentuh permukaan wajah kita. Pemandangan indah ini hanya bisa dilihat dan dirasakan ketika kita sudah berada di lautan.

Ada juga kuil kuno untuk umat Budha beribadah. Kuil kuno ini berseni asli dari Cina dan menjadi tempat ibadah bagi penduduk setempat. Para turis juga diberi kesempatn untuk melihat masuk ke dalam kuil yang bernama Kuil Yeung Hau. Ini merupakan kuil terbesar dan terpenting di daerah Tai O.

Hanya sekitar 40 menit kita berada di atas perahu itu dan membawa kita kembali ke permukaan. Lalu Ha Girl mulai membimbing kami untuk kembali ke bus dan menuju Ngong Ping untuk melanjutkan perjalanan saya dan teman. Kami kembali untuk melihat The Great Budha yaitu sebuah patung perunggu terbesar di dunia yang sedang bertapa menghadap ke utara di atas gunung.

Tentang patung budha akan saya ceritakan di artikel lain. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar