Rabu, 04 Desember 2013

Melintasi Perbatasan Darat Thailand-Kamboja yang "Menakjubkan"

Gapura Selamat Datang di perbatasan Thailand-Kamboja
Ketika saya di Thailand saya menyebrang ke negara tetangganya melalui jalur darat, yaitu menuju Kamboja. Negara ini merupakan salah satu negara terkorup di dunia dan merupakan negara dunia ketiga yang cukup berkembang. Status negaranya menjadikan beban kami untuk melakukan pelintasan.

Pada saat di Bangkok kami menginap di jalan Khao San, tempat di mana para backpackers tinggal. Dua hari sebelum keberangkatan kami sudah terlebih dulu memesan tiket melalui jasa travel yang berada di pinggir jalan tersebut. Namanya saja kawasan wisata pasti bisa terbayang 'kan betapa banyaknya tempat travel di jalan Khao San? Hehe.

Harga tiket perorangan untuk menuju kota Siem Reap dari Bangkok ialah sebesar 250 Bath atau sebesar Rp 90.000,-.  Sangat murah sekali bukan? Tentunya ini ada kekhawatiran dari diri saya. Sebelumnya saya mendapatkan info-info negatif mengenai perlintasan jalur darat menggunakan fasilitas yang murah. Saya sebelumnya bertekad mengajak teman saya untuk menaiki bis pemerintah Thailand yang harganya tiga kali lipat. Tetapi kami malah memilih untuk membayar 250 bath di jalanan dekat hotel ketimbang membayar 750 bath tetapi harus membelinya di terminal bus yang sangat jauh untuk memesannya.

250 bath merupakan moda transportasi yang sangat murah bagi saya. Karena perjalanan ini merupakan perjalanan internasional yang akan memakan waktu sekitar 12 jam. Ya.... dua-belas-jam....

Dari kota Bangkok kami akan dijemput sebuah mini van yang berkapasitas 12 orang. Mini van tersebut akan mengantar kami ke kota Aranyaprathet, kota Thailand yang berbatasan langsung dengan kota Poipet (Kamboja). Mini van ini sangat sempit, badan saya yang jauh sangat kurus dibandingkan manusia pada umunya saja merasa sangat kesempitan berada di mobil ini. Mobilitas penumpang selama di dalam mobil ini sangat minim. Dua senti di depan lutut saya sudah teradapat kursi penumpang lain. Beruntung lah bagi beberapa orang yang mendapatkan kursi di sisi kanan-kiri.

Sebuah kejadian...
Sedikit cerita pengalaman saya....penumpang di depan saya ialah penumpang asal Rusia yang sedang trip bersama pacarnya. Memang mereka berdua sudah duduk terlebih dahulu sebelum saya dan kedua teman saya naik. Jadi saya dan teman saya duduk terpencar. Di sebelah kanan saya ialah orang Austria yang tinggal di Jerman, bule Austria itu sama kesalnya dengan saya dalam menghadapi pasangan Rusia yang ada di depan kami... Pasalnya..., Dengan nyamannya, tanpa tau dirinya, tanpa memperdulikan..., tanpa rasa iba dan segala macam rasa yang baik--mereka malah menyandarkan sandaran kursi mereka. ME-NYAN-DAR-KAN-NYA. Ini membuat kaki lutut kami yang ada dibelakangnya terhimpit. Jarak dua senti yang tadinya ada di lutut saya berubah menjadi nol senti. Oh tidak. Lutut saya benar-benar mencium sandaran kursi tanpa busa itu. Jarak dari ujung hidung saya dengan sadaran kepala yang ada di depan saya berubah drastis, ini membuat psikologis saya menjadi sesak napas. Tidak berlebihan.

Suasana Aranyaphratet (Thailand) menuju Poipet (Kamboja)
Mini van yang berbahan bakar gas tersebut akan berhenti setiap satu jam sekali di tempat pengisian bahan bakar. Waktu perjalanan ke kota Aranyaprathet selama 4 jam sudah termasuk 3 kali berhenti, 10 menit setiap penghentian. Di penghentian ke tiga saya sudah tidak kuat dan saya akhirnya menegur pria Rusia yang ada di depan saya untuk mengembalikan kursinya ke posisi normal, tapi sepertinya dia tidak terlalu bersahabat, raut mukanya sama sekali tidak ramah. Tapi saya tidak peduli. Yang penting dia sudah memajukan kursinya. Hehe.

Akhirnya kita sampai di kota Aranyaphratet. Hm... belum akhirnya... Ternyata kita harus berhadapan dengan perbatasan. Mini van berhenti di sebuah restoran kecil dekat perbatasan, di sana, beberapa turis yang memerlukan visa bisa membeli visa on arrival. Tetapi paspor Indonesia bebas visa selama 30 hari, jadi kita tidak memerlukan visa. 

Dan pasangan Rusia yang ada di depan saya sepertinya berhasil ditipu, mereka diwajibkan untuk mengeluarkan uang sebesar 20.000 bath atau sekitar USD 700 untuk sebuah Visa! WOW! Padahal harga VOA tidak akan mencapai angka sefantastis itu. Si wanita Rusia itu ngamuk-ngamuk dengan orang travel yang berada di restoran itu, pasangannya hanya diam melihat pacarnya yang emosinya meluap karena merasa tertipu.

Terlepas dari itu penipuan atau tidak, ya menurut sepengalaman saya sebuah VOA tidak akan mencapai angka itu. Biasanya hanya sekitar satu juta rupiah, tidak lebih bahkan, ada juga yang lebih, dan bisa di apply pada saat mencapai negara itu. 

Tapi ternyata ada pasangan lain yang berasal dari negara Rusia dan mereka tidak mengeluarkan uang sebanyak itu, mereka hanya membayar 20 dollar (kalau tidak salah) untuk sebuah VOA, tapi mereka membeli visa di Kedutaan Kamboja yang ada di Bangkok jauh hari sebelum mereka melakukan penyebrangan ini. Dan angka USD 700 itu merupakan jasa visa kilat agar bisa cepat jadi. Jika mereka hanya mau membayar visa normal, maka visa mereka akan jadi dua hari lagi dan mereka diharuskan untuk menginap di kota Aranyaphratet selama itu. Tetapi akhirnya mereka bernegosiasi dan akhirnya mereka bisa lolos. Saya sih hanya bisa tersenyum menyaksikan kejadian itu sambil mengingat apa yang mereka lakukan pada saya dan bule Austria haha.

Kejadian kedua...
Ini dia antrean 20 meter lebih di imigrasi dari mulut lorong
Imigrasi Thailand dan persiapan visa bagi yang membutuhkan sudah selesai dan berikutnya ialah; imigrasi Kamboja. YAAAAAA! IMIGRASI KAMBOJA. Kami harus mengantre sepanjang 40 meter. Hanya ada 4 loket imigrasi di sana. 40 meter antrean terdiri dari 20 meter lorong berisi sedikit kipas yang nyala dan 20 meter beratapkan langit yang dihiasi oleh matahari. Diawali dengan 20 meter beratapkan langit kami mengatre dengan seksama. Kita ditawarkan "VIP ACCESS" oleh travel yang bertanggung jawab dengan penyebrangan kita ke Kamboja. VIP Akses itu ialah dengan menyogok sekitar 300 Bath (Rp 100.000,-) per orang untuk bisa menerobos antrean ini semua kepada pihak Imigrasi Kamboja. Tapi kami tidak lakukan itu. Kami rela berdiri disirami sinar matahari. Satu jam berlalu kami baru mulai memasuki lorong... Lorong ini sempit sekali dipenuhi oleh para turis. Baunya bermacam-macam loh! WOW AmAzInG! Di kiri lorong itu saya bisa melihat banyak orang yang menerobos melalui VIP Access, saya sebenarnya iri dengan mereka tetapi saya tidak melakukan itu bukan karena kami bertiga tidak mampu membayar VIP Access, tetapi kami tidak mau uang kami digunakan untuk memperkaya pejabat korup di negri orang atau negri sendiri. Hehe.
Nindra dan bis yang mengantar kita ke Siem Reap dari Poipet

Akhirnya paspor kami dicap oleh pihak Imigrasi dan kami melanjutkan perjalanan menggunakan bis yang ber-AC (sepertinya) dari kota Poipet menuju Siem Reap. Perjalanan dari perbtasan menuju Siem Reap memakan waktu 4 jam menggunakan bis.

Tetapi perjalanan ini semua sangat menakjubkan bagi saya bersama dua teman saya. Ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan karena selama perjalanan ini kita bisa bercanda lepas walau keadaan tidak mendukung. Berada di situasi seperti ini membuat kita terbiasa dan rela demi mendatangi Kamboja. Saya tidak kapok dan akan melakukan perjalanan ini lagi di lain waktu. Mungkin tahun depan atau beberapa tahun lagi.

Rangkuman:
Harga: 250 bath
4 jam: Bangkok-Aranyaphratet
2 jam: Perbatasan (Antre di Imigrasi Kamboja)
4 jam: Poipet-Siem Reap



Tidak ada komentar:

Posting Komentar